Harian Lombok – Oknum dokter di Puskesmas Aikmel, Kecamatan Aikmel kabupaten Lombok Timur, NTB diduga salah diagnosis karena hasil lab atau tes dahak memvonis pasiennya positif TB.
Seorang pasien, Sudiarti menuturkan keterangan oknum dokter yang memeriksanya bahwa hasil rekam medis diduga tertukar dengan pasien yang lain, sehingga pasien merasa tidak terima, di samping penjelasan yang diberikan pihak Puskesmas dirasa tidak masuk akal.
Sudiarti mengatakan dirinya masuk klinik karena keluhan panas, sakit kepala dan batuk. Sehingga setelah sehari dirawat, pihak klinik merekomendasikan untuk melakukan cek dahak di Laboratorium (Lab) Puskesmas Aikmel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Paginya diambil dahak untuk cek lab kemudian jam 5 sore dokternya datang periksa saya dan memberitahukan kalau hasilnya negatif. Tidak lama kemudian, selesai sholat isya’ datang perawat manggil salah seorang keluarga saya untuk ketemu dokter, setelah ketemu dokter, keluarga saya bilang hasilnya positif,“ kata Sudiarti.
Mendengar jawaban itu, dirinya mempertanyakan hasil yang membuatnya bingung dan jawaban yang diterima kelaurganya dari alasan dokter tersebut adalah karena sebelumnya hasil buram sehingga hasilnya dinyatakan positif.
“Karena saya penasaran dengan hasil itu, keesokan harinya saya tanya lagi sama perawat yang datang menyuntikan anti biotik, kok bisa sudah bilang negatif lagi bilang positif. Jawaban berbeda juga saya terima dari perawat itu, dia bilang hasilnya berubah positif karena pada tes sebelumnya ada alatnya 1 yang tidak masuk pas tes dahak ,“ jelasnya sambil menceritakan jawaban perawat Puskesmas Aikmel.
Yang membuat pasien tambah kesal dan semakin penasaran adalah jawaban dari perawat yang acuh dan cuek sambil pergi saat pasien menanyakan apakah dahaknya di tes ulang atau tidak.
“Saya bertanya apakah dahak saya di tes ulang atau tidak, dengan cuek perawat itu langsung pergi sambil menjawab “enggak sih”, kan saya semakin penasaran dan bingung,“ tuturnya.
Keesokan hari sekitar jam 5 sore, dokter lainya, datang memeriksa kondisi pasien. Dengan pertanyaan yang sama kembali dilontarkan pasien namun jawabannya juga berbeda.
“Dokter itu bilang nama saya tertukar dengan pasien lain, dan mengatakan nama saya yang positif dan nama orang lain itu lah yang negatif. Padahal di wadah plastik dahak itu tertempel rapi dan kertas yang dipakai nulis nama dan NIK pasien gak bisa di cabut,“ ungkapnya dengan nada bingung.
Karena kami masih ragu imbuhnya, sehingga setelah diizinkan pulang dari klinik, kami periksakan ke dokter spesialis paru di Mataram dan menganjurkan tes dahak dan rongent hasilnya dari kedua tes menunjukkan negatif dan bukan penyakit TB yang seperti dokter pertama katakan.
“Saya melakukan rontgen dan Pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) atau tes dahak dokter bilang hasilnya bagus dan bersih, sehingga dokter bertanya keluhan beratnya apa. saya ceritakan semua kejadian yang saya alami saat dirawat sebelunya,“ tandasnya.
Dokter tersebut kemudian cari bukti tertulis dari Puskesmas Aikmel kalau dirinya didiagnosa positif namun Sudiarti tidak bisa menunjukkan itu, sebab dokter dan perawat dari Puskesmas Aikmel yang menanganinya tidak pernah memberikan hasil secara tertulis, hanya pemberitahuan secara lisan saja.
Wajar saja, pasien beserta keluarga bertanya-tanya dan menduga hasil pemeriksaan tes dahak lab di Puskesmas yang erorr, ataukah memang kinerja dokter dan perawatnya memang tidak benar.
“Kami sekeluarga sangat menyesalkan tindakan dokter yang langsung memvonis positif dan memberikan obat TBC, yang takutnya menimbulkan efek samping, apa lagi kalau sudah diminum,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, Dr. Pathurrahman mengatakan akan melakukan penataan dan perbaikan kinerja tenaga kesehatan di Lombok Timur.
“Kami bersama puskesmas akan mencoba melakukan penataan dan perbaikan terhadap kinerja sesuai dengan kemampuannya terhadap kondisi di lapangan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), baik itu di Puskesmas maupun jaringannya seperti Pustu, Polindes dan lainnya,“ terangnya.
Kinerja nakes memang terus kita perbaiki, imbuhnya, supaya bisa memberi pelayanan lebih baik dan optimal kepada masyarakat. Tidak hanya Dikes Kabupaten, namun masih ada provinsi dan pusat untuk konsultasi mengatasi kendala, kapasitas tenaga kesehatan harus lebih ditingkatkan.
“Karena tuntutan pelayanan semakin hari semakin di tingkatkan,“ tegasnya.
Terkait permasalahan di Puskesmas Aikmel, pihaknya akan turun memberikan bimbingan kelapangan. Dimana kendala-kendala atas permasalahan itu akan coba didiskusikan terutama mengenai aturan sebenarnya.
“Setelah itu, kalau ada yang belum mampu ditangani, kita dapat koordinasi lebih tinggi, dalam hal ini Dinkes Provinsi,“ demikian Kadis Kesehatan Lombok Timur, Pathurrahman.