Lombok Barat – Layangkan Surat Protes Puluhan Pegiat Pariwisata Sekotong Persoalkan Keberadaan Perusahaan Budidaya Mutiara Sebagai Ancaman Kerusakan biota laut dan mengganggu investasi pariwisata yang sudah mulai pulih dikawasan Gili Asahan Sekotong Lombok Barat
Ditengah membaiknya industri pariwisata ditempat tersebut, masyarakat sudah mulai merasakan dampak positif, karena tingkat kunjungan para turis baik lokal maupun manca negara sudah mulai terlihat signifikan.
Proses ini menguntungkan semua pihak, mulai dari biro perjalanan, pemilik penginapan dan pemangku kepentingan yang mulai dirasakan menghidupi ekonomi masyarakat kawasan 6 Asahan dan sekitarnya Pak Junaidi, selaku Ketua RT Gill Asahan mewakili dari Masyarakat G Asahan mengungkapkan “kami sudah mulai merasakan dampak positif, dimana geliat pariwisata sudah mulai tumbuh di daerah kami yang memberikan dampak positif bagi semua tanpa memberikan dampak buruk terhadap lingkungan”.
Tugas kami masyarakat sekitar adalah menyiapkan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang akan berkunjung ke daerah kami.
Adanya budidaya Mutiara ini membuat konflik antara masayarakat Gili Asahan dan Masyarakat Nelayan Labuan Poh karena adanya intervensi dari pihak-pihak yang mewakili budidaya Mutiara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kehadiran budidaya mutiara ini, kami anggap merupakan ancaman, sebab pemasangan bola bola apung diseputar pantai depan kawasan villa, hotel dan penginapan di Gili Asahan ini, saya rasakan sangat menggangu, baik dari sisi pandangan, kenyamanan dan keamanan.
Menurutnya, kami sudah melayangkan surat protes kepada pihak pemerintah, namun hingga saat ini belum ada upaya yang nyata, bahkan perusahaan mutiara ini justru semakin berani memasang bola bola apung hingga area-area yang biasa dilalui oleh kapal kapal boat layar dan kapal pinishi yang masuk dikawasan ini.
Para pengusaha atau pemilik tempat seperti Eco Lodge, Calypso Lodge, Matahari (VAYAMI Luxury Villa, Amahella Resort, Bleu Mathis, White House, Ocean Way, Taman Fajar yang merupakan Hotel dan Resort di Wilayah Gili Asahan yang diwakili oleh Pak Luciano yang sebagai Direktur utama Eco Lodge Gili Asahan, mengaku kecewa karena tiba-tiba ada bola bola pelampung budi daya mutiara yang terpasang tidak jauh di depan penginapan miliknya.
Saya menyayangkan sikap pihak pihak terkait, karena membiarkan Perusahaan Budidaya mutiara tersebut beroperasi di Kawasan laut yang selama ini kami jaga kelestariannya, kami rawat bersama masyarakat untuk menjadi obyek wisata bawah laut. Biota laut berupa terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan, selalu dijaga bahkan dirawat sudah puluhan tahun, akan sangat disayangkan jika terancam mengalami kerusakan akibat adanya Budi daya mutiara yang sudah pasti mengganggu kelangsungan aktivitas wisatawan sebab pada siang hari suara mesin kompresor dan semprotan untuk membersihkan cangkang kerang Mutiara kemudian pada malam hari suara mesin boat patroli security akan sangat mengganggu istirahat dari tamu yang berlibur dan menginap di Hotel dan Resort yang ada di Gill Asahan
Selain gangguan ancaman dari bawah laut, arus transportasi kapal boat layar/ kapal pinil yang akan memasuki kawasan juga akan terhalang oleh bentangan tali yang berakibat buruk, dapat melilit kipas atau baling-baling kapal yang akan melintasi perairan tersebut ketika menikmati spot laut dan juga mengganggu aktifitas dart wind boat sail, kite surfing dan wind surfing karena tidak ada tempat yang cukup untuk bermain karena lokasinya sudah terhalang sama bola bola pelampung yang terpasang dan Perusahaan Mutiara tersebut.
Saya pastikan kapal akan takut melintas karena pastinya ada dua resiko yang akan dihadapi jika melintas diantaranya jika tali yang terbentang melilit Baling baling, sudah pasti akan mengalami kerusakan, belum lagi menghadapi komplain dari perusahaan Budidaya mutiara yang sudah pasti meminta ganti rugi karena insident tersebut.
Ungkap Luciano dengan gaya bahasa Indonesia yang sangat fasih. Ditempat yang berbeda, Pak Fajrin Nur Kepala Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong jug menyatakan sangat berharap kepada pemerintah agar lebih mempertimbangkan untuk memprioritaskan perhatian dibidang pariwisata. Dirinya mengapresiasi pihak-pihak yang peduli terhadap kelangsungan tersebut karena pariwisata memiliki prospek yang lebih menjanjikan dan selama ini juga menjadi unggulan dikawasan ini Kepala Desa Batu Putih juga menyatakan sudah dua kali melayangkan surat kepada Mentri kelautan agar meninjau kembali proses pemberian izin Budidaya mutiara didaerahnya.
Bukan tidak setuju terhadap keberadaan Budi daya mutiara karena itu juga merupakan salah satu investasi, tetapi sebelum diterbitkan jin, maka dirinya berharap agar dilibatkan dalam proses kebijakan, sebab mau tidak mau, suka atau tidak suka masyarakat ba berbenturan dalam kepentingan isi perut jika berbeda persepsi Dan yang akan menanggung dampak yaitu kami disini. Tegasnya.
Industri pariwisata sudah membuktikan dampaknya yang signifikan di daerah ini, sudah ada ratusan karyawan yang bekerja di semua hotel dan resort, puluhan local boot menikmati hasil ratusan juta dari hasil pariwisata, serta kelompok-kelompok travel/ transport darat menikmati hasil yang sangat banyak dan perkembangan pariwisata ini, masyarakat sekitar juga bisa menikmati hasil dari pariwisata dengan berjualan makanan, minuman, souvenier dan kerajinan kerajinan Pariwisata juga membuat perkembangan dari segi intelegent masyarakat yakni skill dan kompeten yang dulunya tidak ada kemampuan dari segi Bahasa dan keahlian lainnya.
Mereka sekarang menjadi bisa dan berkembang dengan sejalannya perkembangan pariwisata.
Sedangkan Budidaya Mutiara yang ada disini hanya memberikan manfaat hanya untuk para pekerjanya saja lain halnya dengan Pariwisata dengan semua sector akan mendapatkan manfaatnya “Tegas Luciano”.
Kegiatan pemasangan pelampung dan alat Budi daya mutiara dikawasan perairan Gili Asahan, Kepala Desa yang baru beberapa waktu lalu dilantik sebagai incamben ini mengungkapkan bahwa Perusahaan Budi daya mutiara yang beroperasi yang dimaksud, belum pernah melakukan sosialisi kepada masyarakat, kemudian kami juga sudah mengingatkan untuk tidak melanjutkan kegiatan sebelum selasal persoalan izin operasi maupun tekanan masyarakat yang lebih memilih membangun pariwisata ketimbang budi daya mutiara.
Saya curiga ada oknum ASN yang terlibat membantu dibalik beroperasinya PT. megah yang merupakan Perusahaan Budidaya mutiara yang ditolak keberadaannya oleh masyarakat ini, pungkas Fajrin. Ach S