HARIAN LOMBOK – Sebagai rangkaian dari perayaan 9 tahun berdirinya Program Studi Pendidikan Sosiologi, diselenggarakan kuliah umum yang bertemakan “Dimensi Sosial Problem Pembangunan Sumber Daya Manusia di NTB” dengan beberapa sub tema seperti Pendidikan, Kesehatan, Konflik Sosial, dan Pariwisata.
Tak tanggung-tanggung, panitia penyelenggara kegiatan tersebut mendatangkan secara langsung pemateri dari Universitas Pertahanan RI Bapak Dr. Ichsan Malik yang juga merupakan fasilitator perdamaian yang telah terlibat banyak dalam penyelesaian konflik nasional maupun internasional seperti konflik di Poso, Maluku, Afganistan, Bosnia, Korea Utara, dan masih banyak lagi. Ia pun aktif mengisi seminar-seminar tentang konflik dan perdamaian di berbagai negara.
Selain Dr. Ichsan Malik, pemateri lain yang hadir ialah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat Bapak Dr. Aidy Furqan yang dalam kesempatan tersebut mewakili Pj Gubernur NTB yang berhalangan hadir karena menhadiri panggilan dari Presiden Joko Widodo ke Istana Negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dekan FKIP Unversitas Mataram Drs. Lalu Zulkifli, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan rasa bangganya atas kiprah gemilang yang telah diukir oleh Prodi Pendidikan Sosiologi, terutama atas prestasinya meraih predikat program studi unggul dari Lamdik.
“Tentunya hal itu didapat atas jerih payah dan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan pihak-pihak terkait, karena tidak mudah untuk melewati proses asesmen itu yang memiliki standar yang sangat berat,” ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Sosiologi merupakan mahasiswa yang beruntung karena status prodi yang sudah unggul. Tapi masalahnya adalah kemudian, kata Zulkifli, bagaimana kita mencerminkan status unggul tersebut.
Sementara itu, dalam kesempatannya menyampaikan materi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB membuka dengan kalimat bahwa ia kembali pulang ke tempat yang telah membesarkan dirinya dengan ilmu pengetahuan hingga sekarang ia menjadi seorang kepala dinas.
“Saya kembali lagi ke rumah saya di FKIP, karena saya merupakan alumnus FKIP. Bisa bertemu kembali dengan guru-guru saya, ada Pak Ilyas, Bu Novi, Prof. Syafruddin dan yang lain,” ungkapnya.
Materi yang disampaikan Dr. Aidy Furqan adalah korelasi antara kualitas dan mutu pendidikan terhadap pengembangan sumber daya manusia. Dalam kesempatan tersebut pula, di sela-sela materi, ia menyampaikan beberapa program strategis Dikbud NTB dalam rangka pemenuhan kebutuhan pendidikan masyarakat.
Salah satu program yang diperkenalkan adalah SMA Plus. Menurutnya, SMA Plus ini mirip-mirip dengan kuliah, namun dibuat lebih fleksibel. Artinya, para peserta didik dapat mengikuti kuliah di mana saja melalui online, bahkan katanya, mereka yang bekerja di Malaysia atau Hongkong pun dapat mengikutinya.
“Ini merupakan satu solusi yang kami tawarkan.
Program ini pertama kali ada tahun 2021, dan kami juga telah bekerja sama dengan banyak perguruan tinggi sebagai fasilitator. Masa studi dari program ini hanya 2 tahun dengan 2 kali pertemuan setiap minggunya, sisanya akan diberikan penugasan,” jelas Aidy.
Kemudian menurutnya lagi, pembangunan sumber daya manusia tidak akan terlepas dari 3 aspek utama, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
“Kalau kita berbicara tentang pembangunan SDM, pasti tidaka akan terlepas dari yang tiga ini. Pendidikan menjadi pondasi awal, sehingga jika masyarakat sudah cerdas, maka dalam memperhatikan kesehatan dan meningkatkan perekonomian akan mudah untuk dilakukan,” katanya.
Adapun pemateri kedua, Dr. Ichsan Malik menyajikan materi yang berjudul
Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Perdamaian. Menurutnya, SDM yang maju dan berkembang tidak akan mungkin tercipta jika suatu daerah tersebut terjadi konflik.
Dijelaskan olehnya, pada dasarnya, konflik disebabkan oleh beberapa faktor mendasar seperti perbedaan kepentingan, perbedaan ras, perbedaan identitas, dan kegagalan relasi antar manusia.
“Sehingga karena konflik ini timbullah kekerasan. Kekerasa itu ada yang disebut kekerasan langsung, kekerasan struktural, kekerasan kultural, dan kekerasan ekologis,” paparnya.
Selepas menjelaskan tentang seluk-beluk konflik, ia selanjutnua menyinggung soal perdamaian. Bahwa ternyata, perdamaian itu terbagi menjadi dua, yakni damai positif dan damai negatif.
Menurut pencetus teori konflik Dynamic Framework tersebut, perdamaian dikatakan negatif apabila mulai hilangnya sumber-sumber kekerasan. Sedangkan damai yang positif adalah ketika sistem sosial-politik berjalan dengan baik, pertahanan yang optimal, menghormati HAM, dan terwujudnya prinsip keadilan pada semua sistem.
Kegiatan kuliah umum tersebut diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan berupa plakat dan buku karangan dosen-dosen Pendidikan Sosiologi Unram kepada Dr. Ichsan Malik. Pun Dr. Ichsan Malik memberikan dua buah buku karangan dia tentang konflik dan perdamaian.***