HARIAN LOMBOK – LSM Garuda Indonesia menilai kondisi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Lombok Timur, secara bisnis profit oriented, sudah sangat tidak layak. Perbandingan pendapatan dengan pengeluaran sangat mencolok.
“Lebih besar pengeluaran daripada pendapatan. Bagaimana bisa dikatakan PDAM Lotim baik-baik saja,” kata Direktur LSM Garuda Indonesia, M. Zaini kepada wartawan, di Mataram, Rabu, (26/7)2023).
Dikatakan Zaini, kalau PDAM Lotim wajar dan baik, tidak mungkin dirinya melaporkan ketidakwajaran dalam hal pengeluarannya ke Kejati NTB. Parahnya, kata dia, setiap tahun, PDAM ini mendapat suntikan dana dari APBD, tetapi tidak pernah menunjukkan suatu kemajuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap suntikan modal itu, sebutnya, hanya untuk memperpanjang keberadaannya saja sebagai BUMD.
“Bayangkan, kalau tidak ada suntikan dana, tentu akan terjadi kekacauan di tubuh BUMD,” katanya.
Alasan yang paling mendasar, sebutnya, dengan pendapatan yang ada sekarang ini, belum tentu bisa menggaji karyawan secara mandiri. Jadi, kata dia, selama ini tetap bertahan, karena suntikan modal dari APBD.
“Belum lagi, pengeluaran keuangan dalam bentuk fisik yang syarat dengan nuansa kolutifnya. Temuan di lapangan itu, juga sudah kami laporkan ke APH untuk ditindaklanjuti,” tegas Zaini.
Terkait laporan tahun buku 2022 lalu, sebut Zaini, terdapat laba sebesar Rp 153 juta, sedang AJS Kabag Keuangan PDAM sebesar Rp 6,6 miliar.
“Lalu, selisihnya ke mana ? Dari penyusunan jurnal pembukuan saja, sudah ada manipulatif”, terang Zaini.
“Hutang PDAM sendiri, kok bisa dimasukkan dalam jurnalnya dengan perhitungan pendapatan. Lagi pula keuntungan Rp 153 juta itu adalah semu,” tambah dia.
Dari data AJS terhadap laba PDAM, sabung Zaini, seharusnya laba Rp 153 juta itu, nantinya akan dikurangi jumlah AJS.
“Artinya, secara matematis, kerugian PDAM itu sebenarnya sebesar Rp 6,4 miliar. Nah, bagaimana bisa dikatakan baik-baik saja,” kata Zaini. ***