HARIAN LOMBOK – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW), TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, akhirnya memutuskan untuk mengusung calon sendiri dalam Pilkada Lombok Timur 2024.
Pengamat politik Muh. Saleh menilai keputusan ini berpotensi mengganggu pasangan calon dari Partai Gerindra Lombok Timur, H Harerul Warisin-HM Edwin Hadiwijaya (Iron-Edwin), bahkan ancaman bagi paslon tersebut.
PBNW telah memilih TGH Lalu Gede Muhammad Khairul Fatihin sebagai bakal calon wakil bupati untuk mendampingi H. Suryadi Jaya Purnama (SJP), yang disebut paket SJP-TGF disusung PKS dan didukung ormas NW resmi mendaftar pada Kamis, 29 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keputusan PBNW ini tampaknya bertentangan dengan Partai Gerindra, yang telah mengusung pasangan H. Haerul Warisin dan H. Moh Edwin Hadiwijaya, (Iron-Edwin), dalam kontestasi Pilkada Lombok Timur 2024.
“Usungan NW dan PKS, yakni SJP-TGF bisa menjadi ancaman bagi Iron-Edwin”, kata Saleh kepada wartawan, Jumat 30 Agustus 2024.
TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, dalam konfrensi pers usai mendaftar di KPU Lombok Timur, menegaskan bahwa pasangan SJP-TGF tidak membawa atribut atau nama Gerindra.
“Pasangan SJP-TGF ini diusung oleh NW dan PKS”, katanya.
Meski demikian, menurut Saleh keputusan PBNW untuk mengusung calon sendiri menunjukkan ketidaksesuaian dengan visi dan misi Partai Gerindra yang tegak lurus dan system komando.
“Kecuali jika PBNW mampu menjalin komunikasi yang kuat dengan Gerindra, hal ini mungkin dapat dihindari,” ujarnya.
Dalam konteks politik, Saleh menilai PBNW tidak bisa mengklarifikasi situasi persaingan kekuasaan secara jelas, karena Gerindra Lombok Timur dan NTB beserta koalisinya memiliki target kemenangan dengan berbagai strategi dan kekuatan yang dimiliki.
“Ini sangat berbahaya bagi NW jika mereka tidak jeli,” kata Muh. Saleh.
Menurut akademisi dari Universitas Gunung Rinjani (UGR) ini, PBNW tampaknya tergoda dengan situasi saat ini. Ada pertimbangan matang dari para pembisik karena potensi calon bupati dan wakil bupati Lombok Timur mencapai empat hingga lima pasangan.
“Mungkin perhitungan dari para pembisiknya adalah jumlah jamaah NW dengan komposisi calon ini. Mereka mungkin berpikir dengan konfigurasi ini, mereka bisa menang,” ujarnya.
Namun, jika soliditas massa jamaah NW tidak terlihat solid, situasi bisa berubah. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa meski NW mengusung calon, hasilnya tidak sesuai harapan.
“Nah ini ada apa gitu kan,” ujarnya.
Saleh menilai saatnya bagi NW untuk menikmati kejayaannya bersama Gerindra.
“Beberapa partai politik pernah berafiliasi dengan NW, namun sekarang semua yang diusung naik. Namun, jika tidak sejalan dengan Partai Gerindra, keanggotaan mereka bisa saja dicabut dan mereka tidak memenuhi syarat menjadi calon terpilih,” terang Saleh.
Lebih lanjut, mantan Ketua KPU Lombok Timur ini menilai keputusan PBNW tidak hanya mengganggu Partai Gerindra di Lombok Timur, tetapi juga di NTB.
PKS mengusung Zulkieflimansyah sebagai bakal calon gubernur NTB, sementara partai Gerindra mengusung Lalu Muhammad Iqbal.
Meskipun PBNW menyatakan dukungan tetap pada Iqbal, napsi-napsi dengan PKS menurut Dr. Saleh, situasinya akan rumit.
“Secara psikologis keorganisasian tidak bisa, akan sulit ditentukan,” jelasnya.
Untuk membuktikannya, suara Iqbal di Lombok Timur harus signifikan. Jika sebaliknya terjadi, jelas bahwa PKS telah memanfaatkan situasi politik PBNW.
“Saya melihat apa yang dilakukan PBNW ini kontraproduktif,” kata Saleh.
Disisi lain, manuper politik NW dengan PKS ada positifnya. Karena, PKS memiliki manajemen politik cukup bagus dalam menggerakkan massa.
“Jadi pertanyaan kombinasi keduanya berjalan apa tidak, kalau sendiri-sendiri agak kurang,” terang akademisi Undip Semarang itu.
Saleh menyakini dengan gaya politik PKS berkolaborasi dengan NW akan menjadi kekuatan besar di Pilkada Lombok Timur.
“SJP-TGF bisa menjadi pasangan yang sangan diperhitungkan”, pungkasny.***