Oleh: JN Wirajagat
Beredarnya kabar bahwa Sukiman pernah mendekati Partai Golkar, Gerindra dll sudah sejak lama terdengar, bahkan sebelum MUSDA IV Partai Demokrat NTB. Namun belakangan isu tersebut makin sering muncul. Nampaknya, ada pihak-pihak tertentu yang ingin menggoceknya untuk mendegradasi Sukiman.
Sukiman memang dikhawatirkan sebagai figur yang paling berpotensi mengalahkan incumbent. Di Lombok Timur, lumbung suara NTB, Sukiman pernah menang dua kali. Bukan itu saja, tapi satu dari dua kemenangan tersebut berhasil mengalahkan king maker-nya NTB di kandangnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berpasangan dengan Rumaksi, Sukiman menghajar telak Lutfi yang merupakan kakak kandung TGB dan pasangannya, Najamuddin. Kenyataan pahit ini membuat bulu kuduk siapapun bergidik. Bagaimana tidak, Lotim yang dikenal sebagai basis kuat NW (baca NWDI) mampu Sukiman taklukkan. Padahal, lawannya adalah putra mahkota NW, Samsul Lutfi. Ibarat skor 4 : 1 Indoensia versus Malaysia di ajang AFF beberapa hari lalu, telak dan mengejutkan.
Kemenangan tersebut tidak hanya membuat Sukiman percaya diri untuk maju di Pilgub 2024 mendatang, tapi juga pada saat yang sama membuat lawan-lawan politiknya yang ingin maju atau mendorong calonnya untuk maju di kontestasi tersebut mulai berhitung dari sekarang. Ibarat tinju, belum naik ring Sukiman sudah dihajar habis-habisan di bawah. Targetnya adalah, sebelum naik ring Sukiman sudah harus babak belur, sempoyongan dan jika mungkin sampai KO dan gagal naik ring 2024.
Adanya rumor bahwa Sukiman mendekati beberapa partai besar sejak awal semester tahun ini adalah indikasi kuat bahwa Sukiman benar-benar akan maju di Pilgub NTB mendatang. Di sisi lain, hal ini juga membuat lawannya harus bekerja keras untuk menjegalnya agar tidak mendapatkan tiket yang layak untuk maju.
Majunya Sukiman sebagai calon ketua DPD Partai Demokrat membuat banyak kalangan panik. Di internal, dia berusaha diganjal dengan isu senioritas. Sementara dari eksternal, ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan invisible hands untuk menghalang-halanginya maju sebagai bakal calon ketua Partai Demokrat NTB saat itu.
Pasal 29 (1) butir c UU Partai Politik mengamanatkan kepada partai politik untuk melakukan rekrutmen, termasuk rekrutmen terhadap bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Bagi Partai Demokrat, memilih dan menetapkan Ketua DPD tidak hanya sekedar ritual demokrasi lima tahunan tapi juga sekaligus melakukan “rekrutmen” bakal calon kepala daerah sesuai amanat pasal 29 UU Parpol tersebut.
Sebagai partai juara, Demokrat tentu tidak ingin medorong kader dari partai lain untuk maju. Di sini lah peluang Sukiman terbuka lebar. Partai Demokrat tentu akan melihat portofolia Sukiman sepuluh atau lima belas tahun ke belakang dan membandingkannya dengan calon lain. Skor Sukiman – Iju memang 4 : 7, tapi ini bukan pertandingan Indonesia versus Malaysia. Hitung-hitungan matematis tak selalu menang melawan hitung-hitungan politis. Apalagi Pasal 5 d (3) PO Partai Demokrat No. 02/ 2021 menyediakan kalkulatornya.
Sepanjang paruh kedua 2021 ini telah Sukiman gunakan untuk show off kapital politiknya. Mendekati parpol papan atas dan papan tengah bukanlah perkara mudah dan murah. Walaupun demikian, Sukiman sudah mulai melakukannya, setidaknya kepada Gerindra dan Golkar, selain kepada Demokrat.
Pihak-pihak yang tidak ingin Sukiman naik kapal Demokrat dan pihak-pihak yang tidak ingin Sukiman naik ring 2024 sepertinya bersekutu untuk menghajar Sukiman. Isu senioritas dan loyalitas gocekannya. Namun sebagai seorang mantan tentara, nampaknya Sukiman tahu bagaimana mempersiapkan pertempuran dan memenangkannya. Hati-hati, bisa jadi Sukiman sedang menjalankan strategi stay behind forces untuk melakukan counter attack.
Penulis adalah Mahasiswa S1 FH Universitas 45 Mataram