Mataram – Oknum bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) sekaligus Ketua PAC PDI Perjuangan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni S S (50) yang dituding menyetubuhi anaknya (16) Angkat sumpah Dibawah Kita Suci Al Qur’an pada Sabtu (22/7/2023) karena merasa itu adalah fitnah.
Pengambilan sumpah yang dituntun Ketua Baitul Muslimin Indonesia (BMI) Provinsi NTB yang juga Ketua Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB) NTB TGH Subki Sasaki berlangsung diruang perawatan di RSUD Lombok Barat.
Tampak hadir pada Akad Sumpah yang dilakukan dibawah Kita Suci Al Qur’an tersebut Ketua DPD PDIP NTB yang juga anggota DPR RI H. Rachmat Hidayat, Ketua DPC PDIP Lombok Barat, Lalu Muhammad, serta sejumlah, Pengurus DPC PDIP Lobar Lainnya, kuasa hukum SS, serta pihak keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam penjelasannya Subki menyampaikan, sumpah yang diambil kepada SS disebut Sumpah Ibra (terbebas dari tuduhan). Diterangkan, Sumpah Ibra atau sumpah pengakuan dilakukan guna memberikan kesempatan kepada oknum yang tertuduh (SS) untuk berani mengatakan bahwa segala tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya tidak benar.
Namun, jika yang dituduhkan kepada SS benar, TGH Subki berujar bahwa akan ada konsekuensi atau akibat atas sumpah (pengakuan) tersebut yang akan diderita oleh SS.
“Sumpah ini, selain disaksikan oleh kita, juga disaksikan oleh Allah SWT dan dia berimplikasi atau ada akibat yang akan Anda tanggung dunia dan akhirat.
Kepada SS Subki mengingatkan, “Apakah Anda siap?” ucap Subki Sasaki kepada SS yang masih berbaring di ranjang ruang perawatan rumah sakit.
Bahkan SS dengan lugas .enyatakan dirinya “Siap, sangat siap,”
Usai mendengarkan persetujuan SS, Subki lalu memulai prosesi sumpah tersebut.
Sumpah ini, akan memiliki kekuatan psikologis dan transendental karena akan berdampak kepada yang membuat pengakuan baik yang tertuduh dan menuduh, karena Allah SWT langsung yang memberikan petunjuk yang bersifat kontan untuk pembuktiannya.
Jikalau yang dituduhkan tidak benar, maka Allah SWT akan membuka selebar-lebarnya tabir kebenaran.
Lebih jauh, Subki Sasaki menegaskan bahwa pengambilan sumpah ini adalah salah satu perintah Nabi Muhammad SAW dalam membuktikan kebenaran suatu perkara dalam islam, sesuai dengan prosedue hukum dalam islam yakni:
“Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya setiap manusia dipenuhi tuntutannya, niscaya orang-orang akan menuntut harta dan darah suatu kaum. Namun, penuntut wajib datangkan bukti dan yang mengingkari dituntut bersumpah.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi seperti ini dan sebagiannya ada dalam Bukhari dan Muslim) [HR. Al-Baihaqi, no. 21201 dalam Al-Kubro seperti ini, sebagiannya diriwayatkan dalam Shahihain, yaitu Bukhari, no. 4552 dan Muslim, no. 1711].
Pengambilan sumpah menurutnya dilakukan untuk tujuan kebaikan bersama.
“Mengambil sumpah ini untuk kebaikan kita bersama, ini agar personal yang bersangkutan tidak tercemae, partai tidak dirugikan, terbuka mana yang asli mana yang hoaks, mana yang benar dan didak benar, biar Allah SWT yang menjadi hakimnya,” bebernya.
PDIP Pasang Badan untuk Kader
Terpisah, Ketua DPD PDIP NTB Rachmat Hidayat mengaku pengambilan sumpah dilakukan agar publik dapat melihat secara lebih jernih persoalan yang membuat gaduh di tengah masyarakat tersebut.
Selain pengungkapan kasus dari sisi formal (hukum), pihaknya berupaya untuk memberikan perspektif dari sisi kerohanian.
“Saya selaku Ketua DPD PDIP NTB yang bergama islam dan kebetulan yang menjadi tertuduh ini juga orang islam, maka saya yakinkan diri saya sebagai orang islam dan ketua DPD, dengan cara saya melalui agama yang saya yakini dengan sumpah di bawah Al Quran, baru saya percaya,” beber Rachmat.
Rachmat menegaskan, pihaknya siap pasang badan terhadap nasib kadernya. Apalagi nanti jika sampai terbukti tuduhan yang diberikan kepada kadernya tersebut ternyata tidak benar.
Rachmat meminta, seluruh pihak yang berusaha merendahkan kader PDIP secara personal dan partai secara umum agar bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Kalau orangnya tidak bersalah, maka kita harus angkat derajatnya,” ungkap Rachmat.
Dalam kasus tersebut, Rachmat mengulang seruan yang sering disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri yakni Satyam Eva Jayate yang artinya “Kebenaran itu pasti akan berjaya dan akan menang. Akan terang benderang”..
“Itu pegangan partai, pegangan kader. Jadi jangan coba-coba berbuat salah, siapaun dia, termasuk saya. Ndak ada toleransi, tapi kalau benar, kita bela sampai dimanapun. Oleh akrena itu, kita minta hukum ditegakkan, maka kita menganut azaz praduga tak bersalah,” bebernya.
Sebagai infomasi, oknum S saat ini telah dipindahkan perawatannya dari RSUD Lombok Barat ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB.
Di RSUP NTB, S menempati ruangan VIP agar mendapatkan penanganan maksimal dan kondisi keamanannya dapat lebih terjaga. Adapun biaya perawatan selama di RSUD Lombok Barat sebesar Rp 4 juta dan biaya ambulance ke RSUP NTB sebesar Rp 200 ribu ditanggung DPC PDIP Lombok Barat.
Sementara beban dan biaya perawatan lebih intensif di RSUP NTB, ditanggung sepenuhnya oleh DPD PDIP NTB.