Mi6 Nilai Banyak Hal Menarik dalam Kunjungan Ummi Rohmi ke Rumah Putih Kadindi, Ini Penekanannya

- Jurnalis

Jumat, 6 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mi6 Nilai Banyak Hal Menarik dalam Kunjungan Ummi Rohmi ke Rumah Putih Kadindi, Ini Penekanannya.(Foto: Harian Lombok/Istimewa).

Mi6 Nilai Banyak Hal Menarik dalam Kunjungan Ummi Rohmi ke Rumah Putih Kadindi, Ini Penekanannya.(Foto: Harian Lombok/Istimewa).

HARIAN LOMBOK – Calon Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah yang identik dengan Ikon Jilbab Ijo melakukan serangkaian kunjungan sosialisasi ke pulau Sumbawa, pekan ini.

Ada hal yang menarik, ketika Ummi Rohmi tiba di Desa Kadindi, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Masyarakat menyambut kedatangan cucu Pahlawan Nasional, Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, ini dengan antusias dan penuh kehangatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami sangat bangga, Ummi Rohmi mengunjungi kami di Desa Kadindi ini. Apalagi beliau adalah Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023, yang Inshaa Allah akan menjadi Gubernur NTB di periode selanjutnya 2024-2029,” kata seorang ibu rumah tangga, warga Desa Kadindi induk yang mengidolakan Jilbab Ijo.

Tampak ratusan warga Desa Kadunditerlihat sumringah menerima kunjungan Ummi Rohmi, figur pemimpin perempuan yang mereka kagumi.

Salah satu warga desa itu , sebut saja bernama Mas Pop mengaku, nama Ummi Rohmi melekat di hati kaum perempuan di Desa itu, salah satunya karena Program NTB Zero Waste dan Posyandu Keluarga yang diinisiasi Ummi Rohmi saat menjadi Wakil Gubernur NTB.

“Tentu kami berharap, program dan inovasi Ummi Rohmi akan berlanjut dan lebih ditingkatkan jika beliau memimpin NTB ke depan,” kata Mas Pop.

Lembaga Kajian Sosial dan Politik NTB, Mi6 menilai kunjungan Jilbab Ijo ke Rumah Putih di Desa Kadindi itu punya banyak hal yang sangat strategis jika dicermati.

“Bukan sekedar mengejar elektabilitas, tapi kami menilai kunjungan Ummi Rohmi ke Desa Kadindi menjadi representasi bagaimana Ummi Rohmi memperhatikan masyarakat NTB dalam berbagai perspektif. Pesan yang tersirat terutama soal semangat dan etos kerja dan juga pentingnya kebersamaan dalam keberagaman di daerah ini,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto SH., MH.

Pria humble yang akrab disapa Didu ini memaparkan, kedatangan Ummi Rohmi di Desa Kadindi, disambut hangat oleh masyarakat setempat. Tak hanya berdialog dengan masyarakat tetapi juga menyambangi sejumlah lokasi yang memiliki sejarah penting bagi Desa Kadindi. Salah satunya adalah Rumah Putih Desa Kadindi.

“Bangunan Putih yang telah dipugar telah berdiri sejak tahun 1970 itu menjadi monumen sejarah terbangunnya akulturasi budaya, kerukunan dalam keberagaman kultur Sasambo : Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa), Mbojo (Bima dan Dompu), tiga etnis asli di Provinsi NTB,” jelas Didu.

Menurutnya, bangunan Rumah Putih dulunya adalah kediaman Lalu Anggrat, seorang tokoh asal Lombok yang merintis daerah Transmigrasi di Desa Kadindi pada awal 1970-an.

Kini, bangunan itu dikelola masyarakat sebagai museum mini dimana masyarakat pengunjung dan wisatawan bisa melihat sejarah Desa Kadindi, dengan sejumlah benda peninggalannya di rumah putih tersebut.

Ada sebuah lukisan di dinding bagian dalam rumah, yang diyakini sebagai lukisan atau foto Lalu Anggrat.

Baca Juga :  Mewakili Milenial, TGH Fatihin Digadang Maju di Pilkada Lombok Timur 2024

“Kata warga setenpat, zaman dulu itu belum ada kamera di sini. Pelukis kemudian menggambarkan Datuk Anggrat melalui bayangan beliau yang dipantulkan dengan cahaya lilin. Begitulah lukisan itu tercipta,” papar Didu.

Didu menekankan, Mi6 menilai kunjungan Ummi Rohmi ke Rumah Putih Kadindi sebagai bentuk penghormatan dan empati terhadap kisah sejarah masa lalu bagaimana generasi awal para pelopor / pioneer transmigran asal lombok berjuang dan bertahan hidup / survival untuk membuka lahan.

“Rumah Putih Datu Anggrat menjadi Saksi Sejarah Perjuangan Para Transmigran, termasuk kisah-kisah kemanusiaan yang terjadi untuk dikenang ,” urai Didu

Lebih jauh didu menambahkan, pesan penting yang kami tangkap, dengan Ummi Rohmi berkunjung ke Rumah Putih ingin menekankan beberapa motivasi, antara lain Jasmerah : jangan melupakan sejarah.

” Dari rumah putih ini, kita bisa lihat betapa pentingnya pelopor, pionir. Dari daerah yang dulunya orang mungkin enggan tinggal di sini, sekarang Kadindi malah bisa menjadi destinasi wisata. Bukan hanya karena potensi SDA saja, tetapi juga keragaman kultur budayanya dan kerukunan Sasambo. Genzy dan millenialNTB bisa meniru banyak contoh baik dari Desa Kadindi,” ungkap Didu.

Didu menilai, kunjungan Jilbab ke Rumah Putih di Desa Kadindi mencerminkan empati dan kepedulian Ummi Rohmi terhadap jasa para perintis Transmigran asal Lombok yang penuh suka duka dan perjuangan yang keras untuk survive sehingga Desa Kadindi bisa seperti saat ini.

“Yang menarik, dalam kunjungannya ke Rumah Putih Desa Kadindi, Hj Sitti Rohmi Djalillah juga menerima cindera mata berupa sebuah buku “Sejarah Kadindi” secara simbolis oleh perwakilan pemuda dan pemudi di Desa itu,” kata Didu.

Buku “Sejarah Kadindi dari masa Kesultanan Tambora hingga Pasca Transmigrasi” itu mengupas sejarah kawasan Kadindi di masa lampu. Era transmigrasi di tahun 1970an dan juga tentang sejarah monumen Rumah Putih Kadindi.

Buku terbitan diomedia ini ditulis oleh sejumlah penulis seperti Suparman HMT, SPd., Moh. Zalhairi, MLi., Karyani, M.Pd., Zainuddin, A.Ma., dan Arya Al Kautsar S.Pd.

“Tentu saja Ummi Rohmi mengapresiasi buku Sejarah Kadindi tersebut dan berharap generasi muda bisa menggali sejarah Kadindi dari buku itu,” jelasnya.

Bukit Penyesalan dan Dinding Penyelamat

Lebih jauh Didu mengatakan, dalam buku Sejarah Kadindi dari ke sultanan tambora hingga paska transmigrasi (2023) diceritakan, bagaimana awal keberadaan kawasan Kadindi, kemudian zaman Kesultanan Tambora, hingga meletusnya Gunung Tambora.

Secara etimologis, nama Desa Kadindi tidak berasal dari fakta geografis keberadaan gunung yang dianggap sebagai dinding karena nama tersebut telah dipakai pada masa kesultanan tambora jauh sebelum letusan gunung tambora, tahun 1815 M.

“Sementara itu secara topografis, Desa Kadindi dikelilingi oleh gunung dan perbukitan seperti Gunung Tambora,” imbuh Didu.

Didu menambahkan masyarakat disana meyakini, punggung Doro Kandindi atau gunung Kadindi itulah yang menyelamatkan kawasan ini dari letusan maha dahsyat Gunung Tambora pada 15 April 1815 silam. Sebuah bencana alam, yang membawa kesuburan untuk kawasan ini dalam kurun puluhan dekade setelahnya.

Baca Juga :  KPU Gelar Pleno Terbuka Penetapan 50 Kursi Anggota DPRD Lotim Pemilu 2024 

Sementara itu, Pemerintah Desa Kadindi dalam situs resminya menuliskan, nama Desa Kadindi berasal dari kata Cadinding atau Kadinding.

“Setelah Tambora menghanguskan bumi permai ini, semuanya musnah sudah. Kita patut bersyukur, sujud dalam khusyuk, dibentangkan Doro yang tinggi lagi luas.
Gunung yang dipercaya sebagai dinding, mendindingi, melindungi dari ganasnya aliran lahar, lengkap dengan lava dan magma mematikan,” tulis situs Pemdes Kadindi.

Bumi subur Kadindi juga mencatat banyak sejarah masa lampau. Misalnya, ada benang merah sejarah antara Kerajaan Makassar dengan Kerajaan Tambora, dan juga Kerajaan Pekat dimana wilayah Kadindi masuk di dalamnya.

Hubungan dagang antara orang Bugis-Makassar dengan orang Tambora dan Pekat sudah terjalin Sejak Abad ke-15.
Hingga, Spellman seorang perwakilan VOC di Makassar mencatat bahwa pada sekitar tahun 1687 di Tambora terdapat beberapa kampong antara lain, Cadinding, Canceeloe, Baraboen, Wawo, Lawasa, Papoenti, Laleekan, Saleepe, Sakeewij, Laewong, Waro, Tanga, Soekon, Toewij, Tompo, caomom dimana Kadindi termasuk di dalamnya.

Pasca amukan maha dasyat Gunung Tambora, kawasan Kadindi mulai dihuni dengan arus perpindahan kelompok masyarakat dari Wera Mbojo karena gagal panen dan ketidakmampuannya membayar pajak di masa kolonial.

“Kelompok masyarakat ini tawakal berjalan kaki dari lading mereka, naik gunung, turun lembah menelusuri jalur pantai Ho’do sampai ke Pekat dan Nangamiro,” demikian situs Pemdes Kadindi.

Di era kemerdekaan, Kadindi terus berkembang dengan potensi pertanian dan perkebunannya. Namun, walau kaya sumber daya air, masyarakat setempat kesulitan membangun bendungan sederhana dan irigasinya atau disebut Raba Sasa.

“Kendala terus muncul yang diakibatkan kurang pengalaman masyarakat dalam perihal pengolahan irigasi. Hal inilah yang memicu masyarakat mengusulkan orang dari luar untuk dapat membantu menyelesaikan pekerjaan mereka. Dan masyarakat pulau Lombok pada akhirnya membentuk transmigrasi. Dengan kedatangan saudara dari Lombok ini lah akhirnya Desa Nangamiro mengalami pemekaran dan terbentuk desa Kadindi yang mengambil nama dari gunung Kadindi yang artinya terdindingi,” dikutip dari situs Pemdes Kadindi.

Era transmigrasi lokal di masa kepemimpinan Gubernur NTB H Raden Wasitah Kusuma, diyakini turut membentuk akulturasi budaya di Desa Kadindi.

Sebagian masyarakat juga meyakini bahwa nama Desa Kadindi bisa pula diartikan sebagai bukit penyesalan. Ihwal ini bermula dari masa transmigran lokal dari Lombok yang merintis kawasan di era 1970-an.

Junanda Febrian dalam tulisannya : Kadindi, Tiga Ras, Budaya, Tradisi,
Hidup Bahagia di Satu Desa, menukil kisah awalnya.

Masyarakat meyakini nama Kadindi berasal kata Kadin dan Ndih, dalam bahasa Sasak Lombok yang berarti di coba saja, sebuah frasa sebagai wujud penyesalan.

Baca Juga :  HBK Serahkan Bantuan Bedah Rumah Bagi 50 Keluarga di Lombok Tengah

Sebab, dari sekitar 400-an keluarga transmigran dari Lombok Tengah dan Lombok Timur yang dibawa Datuk Anggrat pada tahun 1970, tak semuanya betah dan mampu bertahan hidup di kawasan. Sebab, saat itu masih berupa hutan belantara, sehingga sebagian dari mereka memilih pulang ke kampung halaman.

Namun, Datuk Anggrat dan beberapa keluarga lainnya tetap bertahan dan menetap di sana, dan membangun desa ini sehingga menjadi desa yang subur dan makmur.

“Beliau kami sering sebut dengan Datuk Anggrat. Datuk Anggrat adalah orang yang membangun desa kadindi ini. Sehingga beliau sangat terkenal di masyarakat,” ujar Junanda Febrian yang juga warga Desa Kadindi.

Tentang Rumah Putih yang dikunjungi Ummi Rohmi, pun penuh sejarah dan hikayat.

Menurutnya, masyarakat setempat meyakini Datuk Anggrat semasa hidupnya apabila ingin berkelana dan berpergian menggunakan atau mengendarai seekor naga.

“Tapi itu mungkin hikayat, hanya untuk menyemangati generasi muda bahwa sebuah keberhasilan itu tidak ada yang instan. Harus diraih dengan tekad dan perjuangan,” katanya.

Transmigrasi lokal di tahun 1970an akhirnya melahirkan akulturasi budaya Sasambo di Desa Kadindi hingga saat ini.

Atraksi seni dan budaya Sasambo selalu digelar setiap tanggal 7 Juli atau bertepatan dengan peringatan hari jadi Desa Kadindi.

“Saat perayaan HUT Desa Kadindi, pasti digelar pawai seni budaya Sasambo. Disaat itu orang- orang akan menggunakan baju adatnya masing -masing dan memperkenalkan kebudayaannya masing-masing. Ini sebuah cermin kerukunan masyarakt Sasambo NTB,” katanya.

Akulturasi budaya di Desa Kadindi masih terawat dan terjaga, setidaknya tercermin dari tradisi pernikahannya : tradisi Nyongkolan (Sasak Lombok), Wa’a Co’i (Mbojo), dan Sorong Serah (Sumbawa).

Pesan Jilbab Ijo dari Kadindi

Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto mengatakan, harus diakui lawatan Calon Gubernur , Hj Sitti Rohmi Djalillah ke desa Kadindi seperti menyebarkan sebuah pesan, bahwa kerukunan dalam keberagaman di Desa Kadindi bisa menjadi etalase bagi generasi muda di NTB untuk terus memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan, bahkan di era globalisasi yang penuh tantangan dan persaingan.

“Sebagai pemimpin NTB ke depan, Jilbab Ijo lewat kebijakan populisnya akan mampu mengelola potensi SDA dan kerukunan masyarakat. Apa yang ada di Desa Kadindi bisa menjadi contoh baik untuk Desa lainnya baik di Lombok dan Sumbawa,” kata Didu.

Apalagi, selain keberagaman kultur budaya, Desa Kadindi juga mendapat berkah kesuburan tanah yang membuat kawasan ini maju dengan potensi kehutanan, perkebunan, dan pertaniannya.

“Point paling penting yang bisa kita tangkap dalam kunjungan ke Rumah Putih Kadindi, Ummi Rohmi ingin menegaskan bahwasannya sebagai pemimpin NTB ke depan, Rohmi-Firin akan mengelola segala potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah inidengan baik, semata mata untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat NTB,” pungkas Didu.***

Berita Terkait

Dukung Kesejahteraan Masyarakat, Pangdam IX/Udayana Resmikan Sumur Bor diKSB
Prajurit Kipan B Yonif 742/SWY Sumbawa, Terima Arahan Pangdam
Presedium ITK-NTB: Autore Corporasi Asing Ilegal, Yang Backing Buta Konstitusi
Kasad Motivasi Prajurit Korem 162/WB: TNI untuk Rakyat, Disiplin dan Pengabdian Sejati
Wakil Ketua DPRD Lotim Perjuangkan Nasib Tenaga Honorer Menjadi PPPK 
Danrem 162/WB, Dampingi Menhan Kunjungi Kapal Induk Prancis Charles De Gaulle, Di Lembar
Ancam Rebut Lahan Warga Yang Dikuasai Pelindo, Anggota ITK NTB Nyaris Bentrok Dengan Aparat
Jaga Ikatan Silaturrahmi, Alumni SMPS Hasanuddin Mataram Gelar Reuni Keempat
Berita ini 28 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 14 Maret 2025 - 10:28 WIB

Dukung Kesejahteraan Masyarakat, Pangdam IX/Udayana Resmikan Sumur Bor diKSB

Jumat, 14 Maret 2025 - 10:02 WIB

Prajurit Kipan B Yonif 742/SWY Sumbawa, Terima Arahan Pangdam

Senin, 10 Maret 2025 - 11:08 WIB

Presedium ITK-NTB: Autore Corporasi Asing Ilegal, Yang Backing Buta Konstitusi

Selasa, 11 Februari 2025 - 17:53 WIB

Kasad Motivasi Prajurit Korem 162/WB: TNI untuk Rakyat, Disiplin dan Pengabdian Sejati

Selasa, 4 Februari 2025 - 15:46 WIB

Wakil Ketua DPRD Lotim Perjuangkan Nasib Tenaga Honorer Menjadi PPPK 

Sabtu, 1 Februari 2025 - 18:08 WIB

Danrem 162/WB, Dampingi Menhan Kunjungi Kapal Induk Prancis Charles De Gaulle, Di Lembar

Senin, 16 Desember 2024 - 21:57 WIB

Ancam Rebut Lahan Warga Yang Dikuasai Pelindo, Anggota ITK NTB Nyaris Bentrok Dengan Aparat

Sabtu, 14 Desember 2024 - 22:18 WIB

Jaga Ikatan Silaturrahmi, Alumni SMPS Hasanuddin Mataram Gelar Reuni Keempat

Berita Terbaru

Rp 70 Miliar Tak Diakui Ridwan Kamil. (Foto: HarianLombok.com/Ilustrasi).

Hukrim

70 Miliar Tak Diakui Ridwan Kamil

Kamis, 20 Mar 2025 - 14:26 WIB

Dewan Kesenian Lombok Timur Dampingi Sutradara Film ' Seher ' Silaturahmi ke Dewan Pakar Pariwisata, Taufan Rahmadi. (Foto: HarianLombok.com/Dok. Pribadi).

Entertainment

Sutradara Film ‘Seher’ Silaturahmi ke Dewan Pakar Pariwisata

Senin, 17 Mar 2025 - 23:25 WIB